Fakta-Fakta Unik Pulau Lombok

 

Tablo reader up chevron

Pulau Cantik di Nusa Tenggara Barat

Pulau Lombok adalah pulau yang termasuk dalam Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pulau dengan luas sekitar 5.400 km2 ini terbagi menjadi empat kabupaten dan satu kota di antaranya, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kota Mataram yang sekaligus menjadi Ibu kota Provinsi NTB.

 

Pulau yang didiami oleh Suku Sasak ini sering dijadikan tujuan wisata oleh para pelancong lokal hingga internasional. Bagaimana tidak? Pulau Lombok memiliki segudang destinasi wisata, dari mulai pantai, gili, air terjun, bukit, hingga gunung. Bahkan Gunung Rinjani berada di posisi ketiga dari tujuh gunung tertinggi di Indonesia.

 

Pulau Lombok juga mendapat julukan sebagai Pulau Seribu Masjid. Hal ini dikarenakan jumlah masjid dan mushala yang dibangun di pulau ini sudah mencapai lebih dari 5.000 masjid. Salah satu masjid terbesar yang ada di Pulau Lombok saat ini adalah Masjid Hubbul Wathan Islamic Center yang terletak di Kota Mataram. Masjid yang sudah lama dicita-citakan masyarakat NTB ini baru terwujud ketika Gubernur Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi mulai menjabat.

 

Pada 2018, Pulau Lombok dilanda bencana alam. Gempa bumi mengguncang pulau kecil ini hingga ribuan kali dalam jangka waktu 2-3 bulan. Beberapa penduduk saat itu khususnya anak-anak dan usia lanjut takut untuk kembali ke rumah mereka dan memilih menetap di area pengungsian. Kerugian dari bencana ini bahkan ditaksir hingga ratusan juta rupiah.

 

Berkat bantuan pemerintah dan gotong-royong antarwarga, beberapa kerusakan akibat gempa dapat kembali pulih, khususnya daerah terdampak paling parah seperti Lombok Timur dan Lombok Utara. Sekarang, Pulau Lombok sudah aman untuk dikunjungi.

 

Selain hal-hal di atas, masih banyak keunikan-keunikan serta fakta-fakta menarik lainnya seputar Pulau Lombok. Berikut ulasannya.

 

Kota Tua Ampenan (Sumber - Travelingyuk)

Asimilasi Budaya di Pulau Lombok

 

Selain Suku Sasak, Pulau Lombok juga menjadi rumah bagi beberapa etnis lain seperti, Arab, Cina, Bugis, Melayu, Bali, Jawa, dan lainnya. Bahkan di beberapa kawasan, mereka punya kampung sendiri yang mayoritas warganya di luar dari Suku Sasak. Meski tinggal dengan bermacam kebudayaan, masyarakat Lombok tidak pernah memandang seseorang berdasarkan suku, selama mereka tidak membawa dampak negatif, kehadirannya selalu disambut.

 

Akibat dari  banyaknya kebudayaan di pulau yang terbilang kecil ini, sebagian penduduknya, khususnya anak-anak muda mulai terpengaruh dan sering memadukan penggunaan bahasa sasak dengan bahasa dari etnis lain khususnya dalam suatu hubungan pertemanan.

 

Selain itu, percampuran budaya membuat Pulau Lombok selalu ramai dengan upacara adat maupun upacara keagamaan.

 

Kecimol

 

Kecimol adalah salah satu tradisi Suku Sasak berupa musik tradisional. Kecimol hadir sebagai iring-iringan untuk mendampingi pengantin baru. Pasangan suami-istri yang baru menikah biasanya akan diarak ke jalan raya dengan diringi warga setempat sambil memutar musik tradisional.

 

Alat musik yang biasa digunakan dalam musik kecimol antara lain, drum, gitar, keyboard, lengkap dengan sound system. Acara kecimol juga dipandu oleh seorang penyanyi.

 

Dalam acara kecimol, pasangan pengantin biasanya berada di barisan depan. Selanjutnya barisan diisi oleh anak-anak muda yang menari bersama mengikuti alunan musik dari pemandu lagu.

 

Kecimol biasanya diadakan setiap hari minggu sore agar tidak mengganggu aktvitas lalu lintas masyarakat. Meski begitu, hadirnya kecimol tetap saja menuai pro dan kontra. Selain karena dianggap mengganggu lalu lintas, kehadiran kecimol juga seringkali dianggap terlalu huru-hara, hingar bingar, hingga berujung perkelahian. Bahkan Kecimol terkadang dimanfaatkan oleh oknum untuk melakukan pelechan seksual, meminum minuman keras, dan sebagainya. Sehingga hal tersbebut dianggap sudah terlalu melencengan dari kebudayaan Lombok sebagai Pulau Seribu Masjid.

 

Kecimol, Sumber YouTube, Vevil

 

Peresean

 

Peresean merupakan budaya pertarungan yang dilakukan oleh dua orang laki-laki bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan perisai berbentuk segi empat yang terbuat dari kulit kerbau (ende). Petarung dalam peresean dijuluki pepadau sedangkan wasitnya dijuluki sebagai pakembar. Peresean digunakan para petarungnya untuk melatih ketangkasan dan keberanian masing-masing.

 

Budaya ini dahulu sering dilakukan oleh para raja sebagai pelampiasan emosional. Selain itu, dahulu kala peresean juga digunakan sebagai latihan ketangkasan untuk mengusir musuh maupun penjajah.

 

Lebara Topat

 

Kalau di pulau Jawa punya lebaran ketupat, Suku Sasak juga punya lebaran kedua, mereka menyebutnya sebagai lebaran topat. Lebaran topat merupakan lebaran versi kecil yang diadakan satu minggu setelah perayaan hari raya Idul Fitri.

 

Bila lebaran Idul Fitri identik dengan silaturahmi kepada tetangga, kerabat, dan sanak saudara, maka lebaran topat menjadi momen bagi Suku Sasak untuk bertamasya bersama keluarga mereka ke berbagai lokasi wisata seperti pantai dan air terjun.

 

Patung Putri Mandalika, Sumber: Lombok Insider

 

Bau Nyale

 

Bau Nyale adalah tradisi berburu cacing laut yang dipercaya merupakan jelmaan dari Putri Mandalika. Cacing Nyale umumnya berwarna hijau dan cokelat yang muncul satu bulan sekali. Masyarakat Sasak biasanya mengonsumsi cacing jenis filumannelida ini dengan cara dipepes.

 

Tradisi yang diadakan antara bulan Februari dan Maret ini berasal dari sebuah kejadian tragis. Dahulu kala, seorang putri cantik bernama Putri Mandalika dikenal sebagai putri yang memiliki paras cantik jelita. Putri Mandalika adalah anak dari Raja yang sangat dihormati yakni, Raja Tonjang Beru. Kabar mengenai kecantikan Putri Mandalika ini tersebar ke berbagai penjuru pulau hingga membuat banyak pangeran dari berbagai kerajaan berebut untuk mempersuntingnya.

 

Hal ini nampaknya tak membuat putri merasa senang, malah sebaliknya, Putri Mandalika merasa gusar dan takut jika ia menerima satu dari banyak pangeran sebagai suaminya maka akan timbul perselisihan, perpecahan, bahkan mungkin peperangan.

 

Suatu hari, Putri Mandalika mengundang seluruh pangeran beserta rakyatnya untuk datang ke Pantai Kuta. Setelah seluruh pangeran dan rakyatnya berkumpul, sang Putri kemudian berjalan dan berdiri di sebuah batu di pinggir pantai. Di sana, Putri menyampaikan niatnya untuk menerima seluruh pangeran dan rakyatnya tanpa terkecuali. Beberapa saat kemudian, ia loncat dari batu tersebut dan menghilang dihantam ombak.

 

Seluruh pageran dan rakyat terkejut dan beramai-ramai mencari keberadaan sang putri, namun tak kunjung menemukan hasil. Hingga beberapa saat kemudian muncul cacing-cacing laut yang dipercaya sebagai jelmaan dari Putri Mandalika.

 

Sudah maju

 

Sebagian orang mungkin masih menganggap Pulau Lombok merupakan pulau terpencil dengan penduduknya yang masih primitif. Nyata tak seperti itu, meski ada beberapa desa yang tidak terjamah modernisasi, namun hal tersebut tak dapat dijadikan patokan untuk menilai setiap sudut Pulau Lombok.

 

Sinyal di Pulau Lombok terbilang baik. Beberapa anak-anak muda hingga orangtua masih bisa menikmati internet. Selain itu, mall, hotel, hingga bar pun banyak berdiri khususnya di daerah Kota Mataram dan daerah-daerah pariwisata.

Comment Log in or Join Tablo to comment on this chapter...
~

You might like Husen Mulachela's other books...