Roti Buaya Dalam Pernikahan Betawi

 

Tablo reader up chevron

Roti dari Tanah Betawi

Indonesia adalah negara yang memiliki sejuta keindahan dan ribuan gugusan pulau yang membuat setiap orang jatuh cinta apabila mengetahuinya.  Tanah air lahir dari hasil perjuangan dan memiliki cerita yang begitu panjang dan penuh makna. Indonesia memiliki 34 provinsi, salah satunya adalah Jakarta. 

 

Ada banyak orang Indonesia yang berkata bahwa Jakarta berbeda dengan daerah lainnya dan bahkan dianggap memiliki dunia sendiri. Daerah ini memiliki penduduk terbanyak dan menjadi salah satu wilayah pilihan untuk mencari sesuap nasi. Kota yang satu ini menjadi pusat pemerintahan dan administrasi serta memiliki banyak hal. 

 

Di daerah tersebut menjadi tempat kebudayaan-kebudayaan berkumpul dan berasimilasi. Salah satunya adalah Suku Betawi. Suku itu adalah masyarakat asli yang menduduki kota Jakarta. Betawi juga memiliki kebudayaan yang beragam dan keunikan tersendiri. Banyak tradisi unik yang penuh dengan makna, seperti roti buaya di acara pernikahan. Roti buaya merupakan hidangan khas Betawi. 

 

Makanan ini berupa roti manis berbentuk  buaya.  Hidangan tersebut selalu ada di setiap upacara pernikahan dan kenduri tradisional Betawi. Bagaimanakah sejarahnya?.Buaya selalu memiliki makna negatif. Dalam budaya modern saat ini, hewan tersebut berubah menjadi hal yang buruk, seperti buaya judi, buaya minum (pemabuk) dan buaya darat (orang yang mata keranjang). Namun yang sebenarnya,  binatang yang satu ini merupakan hewan yang setia. Jenis tersebut hanya kawin dengan satu pasangan. 

 

Selain itu, buaya juga dilambangkan sebagai hewan suci dan lambang kesabaran. Hewan bertubuh besar ini merupakan hewan yang kuat dan selalu berjuang untuk bertahan hidup. Maka dari itu roti buaya selalu identik dalam pernikahan adat betawi dan sebagai simbol lambang kesetiaan. Pernikahan orang Betawi tidak bisa lepas dari roti buaya. Munculnya roti buaya dalam pernikahan adat betawi dipengaruhi oleh bangsa eropa ke Indonesia. Jika orang Eropa menunjukkan cinta dengan memberi bunga, maka orang Betawi memilih roti dengan bentuk buaya sebagai simbol dari cinta. 

 

Makanan itu dibuat sepasang, yakni betina dibuat lebih kecil dan diletakan di atas punggung atau di samping. Maknanya adalah kesetiaan berumah tangga sampai beranak cucu. Biasanya roti ini memiliki panjang sekitar 50 sentimeter  hingga mencapai 100 sentimeter. dan dibawa oleh mempelai laki-laki pada acara serah-serahan. Selain itu, pengantin laki-laki juga memberikan uang mahar, perhiasan, kain, baju kebaya, selop, alat kecantikan, serta beberapa peralatan rumah tangga. Dalam penerapanya di tradisi pernikahan adat betawi, roti buaya harus dalam kondisi bagus hingga sampai ke tangan pasangannya.

 

Kemudian diletakkan di sisi mempelai perempuan dan para tamu. Kondisi roti ini melambangkan karakter dan sifat mempelai laki-laki. Ukurannya dipercaya ada kaitannya dengan nasib rumah tangga satu pasangan. Makin keras dan besar roti buaya, maka akan semakin baik. Dibuat dengan tekstur yang keras dan dibiarkan sampai membusuk dan muncul belatung. Hal ini menyimbolkan bahwa pasangan yang menikah langgeng hingga akhir hayat. 

 

Namun seiring dengan perubahan zaman, roti buaya dibuat dengan tekstur lebih lembut , juga ditambah dekorasi tempelan cokelat atau kismis sehingga dapat dimakan. Roti buaya pun dibagi-bagi kepada kerabat yang belum menikah dengan harapan dapat segera menyusul untuk menikah.Para tamu yang datang menikmatinya dengan mencelupkannya ke dalam sirop. Sampai saat ini tradisi menggunakan roti buaya masih ada hingga saat ini.

Comment Log in or Join Tablo to comment on this chapter...
~

You might like ProDaring's other books...